mapel.ID – Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno (Sukarno, nama lahir : Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) Beliau adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
Soekarno menandatangani Surat Perintah
11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya — berdasarkan
versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat — menugaskan Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan
institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal
Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti
anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya
ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang
umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto
menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Nama
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan
nama Kusno oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika
berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama
tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha
yaitu “Karna”. Nama “Karna” menjadi “Karno” karena dalam bahasa Jawa
huruf “a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan “su” memiliki arti
“baik”.
Di kemudian hari ketika menjadi
presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno
karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia
tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda
tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah
untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun. Sebutan akrab
untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno
kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika
Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan
bertanya-tanya, “Siapa nama kecil Soekarno?” Karena mereka tidak
mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya
menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed
didapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain,
disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno, dilakukan oleh
para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar
negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara
Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogyakarta:
Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman
32 dijelaskan bahwa namanya hanya “Sukarno” saja, karena dalam
masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang
terdiri satu kata.
Kehidupan
Masa kecil dan remaja
![]() |
Rumah masa kecil Bung Karno. |
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah
yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman
Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru
ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai
merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan
Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang
putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil
Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung,
Jawa Timur.
Ia bersekolah pertama kali di Tulung
Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang
ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno
ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni
1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk
memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915,
Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil
melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS
atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.
Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan
kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin
Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti
Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno
kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang
dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut
kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu,
Soekarno juga aktif menulis di harian “Oetoesan Hindia” yang dipimpin
oleh Tjokroaminoto.
![]() |
Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja. |
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921,
bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke
Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan
mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921, setelah dua bulan dia
meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat
pada tahun 1926. Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal
25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926
dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya. Prof. Jacob Clay
selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan “Terutama penting
peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang
Jawa”. Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo, selain itu ada
seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di
kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat
karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara,
Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan
pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai Seorng Arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama
Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek alumni dari Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926.
Pekerjaan
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan
biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun
bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun
rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami’ di tengah kota.
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat sebagai presiden, ada
beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh
Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada
tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman
Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya
dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara
yang baru merdeka.
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah
(muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang
diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal
yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa
karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya
dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono,
dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain
arsitektural juga dibuat melalui sayembara.
Kiprah politik dan Masa Kemerdekaan
Masa Pergerakan Nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi
terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun
1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan
hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam
rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno
menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko
(kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan
menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu
saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan
Algemeene Studie Club (ASC) di Bandung yang merupakan hasil inspirasi
dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi
cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan pada tahun
1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada
tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke
Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia
dipindahkan ke Sukamiskin dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember
1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung
dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke
Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional.
Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya
kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942
Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia baru kembali bebas pada
masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh
pergerakan Indonesia terutama untuk “mengamankan” keberadaannya di
Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.
Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan
Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia
seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap
organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk
Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai,
Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti
Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya
disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh
nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah
tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap
Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan
bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita
percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD
1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah
proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke
Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang
Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta,
dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar
Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci)
kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat
pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa
ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada
bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan
Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat
Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan
organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja
sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
![]() |
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok. |
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang
(resmi), Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Soekarno-Hatta mendirikan
Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16
Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk
menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok.
Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta
Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena di Indonesia terjadi
kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan
pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak
dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain
yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk
kemerdekaan Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu
bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini
merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi
Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi
presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan
darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan
bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya
mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan
pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha
menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang
dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah
Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya
Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada
waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik
Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat
tinggi negara lainnya.
![]() |
Presiden Soekarno dan Nikita Khruschev dalam sebuah pertemuan Kepala Negara. |
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD
1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala
negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,
sistem pemerintahan berubah menjadi semi presidensiil atau double
executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir
sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena
adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan
November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik
Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada
saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling
penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat
Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan
Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya
dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa
Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya
kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa Kemerdekaan
![]() |
Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F. Kennedy. |
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah
Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad
Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik
Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI
Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang
ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS
kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno
menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden
RI diserahkan kembali kepada Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya
kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
![]() |
Presiden Soekarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevara, pada 9 Mei 1960, kunjungan kenegaraan ke Havana, Kuba. |
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup
populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala
pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang
terkenal sebagai “kabinet seumur jagung” membuat Presiden Soekarno
kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai
“penyakit kepartaian”. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi
konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya
kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan
Angkatan Udara.
![]() |
Soekarno berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, Tiongkok. |
Presiden Soekarno juga banyak memberikan
gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib
bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun
1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu
Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat “bom waktu” yang
ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan
imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan
munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan
badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi
perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel
Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan
Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang
membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia
Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak
pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena
ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara
kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan
Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri
yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno
mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara.
Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald
Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (Tiongkok).
Masa Marabahaya dan Konflik pada masa kepresidenan Soekarno.
![]() |
Soekarno di antara barisan prajurit. |
Soekarno, Presiden Indonesia pertama,
sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan lebih dari satu kali,
Putrinya, Megawati Soekarnoputri pernah menyebut angka 23. “Saya ingin
mengambil satu contoh konkrit, Presiden Soekarno itu mengalami percobaan
pembunuhan dari tingkat yang namanya baru rencana sampai eksekusi
sebanyak 23 kali,” tutur Mega pada Juli 2009. Sementara itu, angka lebih
kecil keluar dari mulut Sudarto Danusubroto. Dia ajudan presiden pada
masa-masa akhir kekuasaan Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7 kali
percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh
eks Wakil Komandan Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan. Namun bekas
pengawal pribadinya, hanya mampu mengingat 7 kali upaya percobaan
pembunuhan.
Granat Cikini
Pada 30 November 1957, Presiden Soekarno
datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat bersekolah putra-putrinya,
dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat tiba-tiba meledak
di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang
terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta
putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut.
Mereka perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan
DI/TII.
Penembakan Istana Presiden
Pada 9 Maret 1960, Tepat siang bolong
Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan
kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar adalah
Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar
menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja
Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin
rapat di gedung sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah ia
mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum
menembak Istana Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera
kuning dikibarkan di Istana – tanda presiden ada di Istana. Aksi ini
membuat ‘Tiger’, call sign Maukar, harus mendekam di bui selama 8 tahun.
Pencegatan Rajamandala
Pada April 1960, Perdana Menteri Uni
Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadakan kunjungan kenegaraan ke
Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali.
Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala,
sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII
melakukan penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap
meloloskan kedua pemimpin dunia tersebut.
Granat Makkasar
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno
tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan menghadiri acara di Gedung
Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan Cendrawasih,
seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil
lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus
Surya Tenaya divonis hukuman mati.
Penembakan Idul Adha
Pada 14 Mei 1962, Bachrum sangat senang
ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf depan dalam barisan
jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno,
dia mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu
diarahkan ke tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar,
arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh Soekarno, menyerempet
Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati, namun
kemudian dia mendapatkan grasi.
Penembakan Mortir Kahar Muzakar
Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam
kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari
Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah
Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset
jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.
Granat Cimanggis
![]() |
Presiden Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi Peringatan HUT ke-21 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Bogor. |
Pada Desember 1964, Presiden Soekarno
dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya membentuk
konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno
sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan.
Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan
sebuah granat ke arah mobil presiden. Beruntung, jarak pelemparannya
sudah di luar jangkauan mobil yang melaju. Soekarno pun selamat.
Pembunuhan Karakter
Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika
melalui perpanjangtanganannya Central Intelligence Agency tidak hentinya
berusaha campur tangan dalam setiap urusan negara orang lain. Di
Indonesia selain peristiwa terbongkarnya misi Allen Pope, ada juga misi
rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawaan Presiden
Soekarno mprelalui agitasi dan opaganda media popular via produksi film
porno yang diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari
kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional
terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tapi
tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.
“Kesuksesan itu menginspirasi para
pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi
film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah
pramugari Rusia itu,” tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA,
Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku Portrait of a Cold Warrior.
Kepala Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit
gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak ada yang
mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian
dikirim ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno
selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru
tersebut.
Menurut Kenneth J. Conboy dan James
Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia,
1957-1958, film porno itu dikerjakan di studio Hollywood yang
dioperasikan Bing Crosby dan saudaranya. Film ini dimaksudkan sebagai
bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno (diperankan pria Chicano)
mempermalukan diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan perempuan
pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan.
“Proyek ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak
pernah digunakan,” tulis William Blum dalam Killing Hope: US Military
and CIA Interventions Since World War II.
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi
disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal menyebarkan adegan mesum
itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak mempan
untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika seorang
laki-laki gagah dan berkuasa, sah-sah saja berhubungan dengan banyak
wanita. Toh raja-raja di nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan
selir. “Nasib akhir dari film, yang berjudul Happy Days, tak pernah
dilaporkan.”
Masa Embargo Negara Adi Kuasa
![]() |
Zhou Enlai, Presiden Soekarno, dan Kawashima pada saat Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 19 April 1965. |
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan,
Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang
bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan
sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia
dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia
karena menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan blok rival. Amerika
tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence Pope, agen Central
Intelligence Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen
Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik
dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan
ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah
diplomasi tingkat tinggi antara John F. Kennedy dengan Soekarno.
Sementara Rusia menerapkan embargo militer terhadap Indonesia karena
genosida terhadap elemen kiri, orang Partai Komunis Indonesia pada tahun
1965-1967. Indonesia sendiri terjepit di antara geopolitik Asia
Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris,
juga Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus
1965. Soekarno mengumumkan sikap konfrontatif terhadap pembentukan
negara federasi Malaysia pada Januari 1963. Sehingga pada 1964-1965
negara federasi Malaysia yang dideklarasikan 16 September 1963 tersebut
diembargo Soekarno. Singapura membuka keran kerja sama dan berusaha
dengan segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia
meski telah diboikot dan diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek
ekonomi bagi Singapura akibat konfrontasi tersebut.
Masa Keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak
menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal
dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965. Pelaku
sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi
walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan
Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.
Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan
pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang
menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah
Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari
surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan
keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh
Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian
MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang
memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk
setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang
Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul “Nawaksara” dan dibacakan
pada 22 Juni 1966.[6] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi
pidato tersebut. Pidato “Pelengkap Nawaskara” pun disampaikan oleh
Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16
Februari tahun yang sama.
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967
Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana
Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto
menjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa
maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar
Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI
hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Akhir Perjalanan Ir.Soekarno
![]() |
Pemakaman Soekarno pada 22 Juni 1970 di Blitar, Jawa Timur. |
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun
sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap
gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun
1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran
Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi
ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia bertahan
selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970
di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta
dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan
dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum
dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan
oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter
kepresidenan. Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang
ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua
Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam
20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran
berangsur-angsur menurun.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
![]() |
Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur. |
Walaupun Soekarno pernah meminta agar
dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan
Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat
pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44
tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya
dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.
Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M.
Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan
masa berkabung selama tujuh hari.
Peninggalan dan Penghargaan untuk Soekarno
![]() |
Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962. |
Dalam rangka memperingati 100 tahun
kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta
menerbitkan prangko “100 Tahun Bung Karno”.[9]:247-251 Prangko yang
diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah
Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika
menjadi Presiden Republik Indonesia.[9] Prangko pertama memiliki nilai
nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah
menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di
perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu,
prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto
Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir memiliki
gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat
prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5
juta set oleh Perum Peruri.[9] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos
Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi
prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga
desain kaus Bung Karno.
Prangko yang menampilkan Soekarno juga
diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Prangko
tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[30]
Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan
peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama
gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan
Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai
keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama
awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam
rangka mengenang jasa Bung Karno.
Setelah kematiannya, beberapa yayasan
dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan
Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah
organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan
pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh
Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada
tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan
Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung
Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Sementara itu, Yayasan Bung Karno
memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni
maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh
delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh
Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika
Sari Dewi Soekarno. Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di
Arena Pekan Raya Jakarta. Di stan tersebut ditampilkan video pidato
Soekarno berjudul “Indonesia Menggugat” yang disampaikan di Gedung
Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.
Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno
dijual di stan tersebut. Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin emas,
CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo
Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno. Soenuso mengaku
merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.
Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan
Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.
Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24
karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih dengan
cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning
dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat
pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito
obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland. Meskipun emas yang
ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang
memastikan keaslian dari emas tersebut.
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan
gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar
negeri.[35] Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar
kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19
September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September 1962),
Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25
April 1963), Institut Agama Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963),
Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah
(1 Agustus 1965).[35] Sementara itu, Universitas Columbia (Amerika
Serikat), Universitas Berlin dan Universitas Heidelberg (18 Juni 1956,
Jerman), Universitas Lomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir)
merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno
dengan gelar Doktor Honoris Causa.
Pada bulan April 2005, Soekarno yang
sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden
Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan tersebut adalah penghargaan
bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang
diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya
dilapisi emas. Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai
telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan
oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika
Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.
Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor
Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati
Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.
Penghargaan lainnya Bintang Mahaputera Adipurna (1959), Lenin Peace
Prize (1960), Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3 Februari
1951).
Karya Tulis Ir.Soekarno
- Sukarno. Pancasila dan Perdamaian Dunia
- Sukarno. Kepada Bangsaku : Karya-karya Bung Karno Pada Tahun 1926-1930-1933-1947-1957.
- Sukarno. Cindy Adams. (1965). Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
- Sukarno. Pantja Sila Sebagai Dasar Negara.
- Sukarno. Bung Karno Tentang Marhaen Dan Proletar.
- Sukarno. Negara Nasional Dan Cita-Cita Islam: Kuliah Umum Presiden Soekarno.
- Sukarno. (1933). Mencapai Indonesia Merdeka.
- Sukarno. (1951). Indonesia Menggugat: Pidato Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan Kolonial.
- Sukarno. (1951). Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia.
- Sukarno. (1957). Indonesia Merdeka.
- Sukarno. (1959). Di Bawah Bendera Revolusi : Jilid 1.
- Sukarno. (1960). Di Bawah Bendera Revolusi : Jilid 2.
- Sukarno. (1960). Amanat Penegasan Presiden Soekarno Didepan Sidang Istimewa Depernas Tanggal 9 Djanuari 1960.
- Sukarno. (1964). Tjamkan Pantja Sila ! : Pantja Sila Dasar Falsafah Negara.
- Sukarno. (1964). Re-So-Pim: Revolusi-Sosialisme Indonesia-Pimpinan Nasional.
- Sukarno. (1964). Komando Presiden/Pemimpin Besar Revolusi: Bersiap-sedialah Menerima 17.Tugas untuk Menjelamatkan R.I. dan untuk Mengganjang “Malaysia”!
- Sukarno. (1964). Tahun “Vivere Pericoloso”.
- Sukarno. (1965). Wedjangan Revolusi.
- Sukarno. (1965). Tjapailah Bintang-Bintang di Langit: Tahun Berdikari.
- .Sukarno. (1965). Pantja Azimat Revolusi.
- Sukarno. (1966). Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah.
- Sukarno. (1970). Nationalism, Islam and Marxism.
- Sukarno. (1984). Pancasila sebagai Dasar Negara.
- Sukarno. (1984). Ilmu dan Perjuangan.
- Sukarno. (1986). Amanat Proklamasi Jilid IV: 1961-1966.
- Sukarno. (1987). Bung Karno Dan Pemuda: Kumpulan Pidato Bung Karno Di Hadapan Pemuda, Pelajar, Mahasiswa Dan Sarjana, 1952-1960.
- Sukarno. (1988). Warisilah api Sumpah Pemuda: kumpulan pidato Bung Karno di hadapan pemuda, 1961-1964.
- Sukarno. (1988). Kepada Bangsaku.
- Sukarno. (1989). Bung Karno dan ABRI: kumpulan pidato Bung Karno dihadapan ABRI, 1950-1966.
- Sukarno. (1990). Bung Karno dan Islam: kumpulan pidato tentang Islam, 1953-1966.
- Sukarno. (2000). Bebaskan Irian Barat: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno Tentang
- Pembebasan Irian Barat, 17 Agustus 1961, 17 Agustus 1962.
- Sukarno. (2001). Bung Karno dan Tata Dunia baru.
- Sukarno. (2001). Bung Karno Menggali Pancasila: Kumpulan Pidato.
- Sukarno. (2001). Empat Pidato Penting Bung Karno.
- Sukarno. (2001). Bung Karno: Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia – Kumpulan Pidato.
- Sukarno. (2001). Bung Karno dan Ekonomi Berdikari: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.
- Sukarno. (2001). Mutiara Kata Bung Karno.
- Sukarno. (2001). Bung Karno, Gerakan Massa dan Mahasiswa: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.
- Sukarno. (2006). Islam Sontoloyo: Pemikiran-Pemikiran Sekitar Pembaruan Pemikiran Islam.
- Sukarno. (2001). Bung Karno, Wacana Konstitusi dan Demokrasi: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.
- Sukarno. (2001). Bung Karno dan Partai Politik: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.
Demikian sebuah biografi dari perjalanan hidup Ir.Soekarno, semoga bermanfaat bagi anda!
Referensi :
- id.wikipedia.org
Post A Comment:
0 comments:
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Jangan sungkan untuk berkomentar, berkomentarlah dengan bijak. Dilarang :
1. Berkomentar tidak sesuai topik bahasan, spamming, dan promosi
2. Berkomentar dengan tautan aktif.
3. Mencela, menghujat dan SARA.